O K S I G E N
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa[1] dan unsur paling melimpah di kerak Bumi.[2] Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi..[3]
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang merupakan bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2 kemudian mulai berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 milyar tahun yang lalu.[4] Terdapat pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari asbut.
Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777,[5] yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan distilasi bertingkat udara cair, dengan munggunakan zeolit untuk memisahkan karbon dioksida dan nitrogen dari udara, ataupun elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman.
Oksigen adalah unsur ketiga terbanyak yang ditemukan berlimpah di matahari, dan memainkan peranan dalam siklus karbon-nitrogen, yahkni proses yang diduga menjadi sumber energi di matahari dan bintang-bintang. Oksigen dalam kondisi tereksitasi memberikan warna merah terang dan kuning-hijau pada Aurora Borealis.
Oksigen merupakan unsur gas, menyusun 21% volume atmosfer dan diperoleh dengan pencairan dan penyulingan bertingkat. Atmosfer Mars mengandung oksigen sekitar 0.15%. dalam bentuk unsur dan senyawa, oksigen mencapai kandungan 49.2% berat pada lapisan kerak bumi. Sekitar dua pertiga tubuh manusia dan sembilan persepuluh air adalah oksigen.
Di laboratorium, oksigen bisa dibuat dengan elektrolisis air atau dengan memanaskan KClO3 dengan MnO2 sebagai katalis. Sifat-sifat, Oksigen tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Dalam bentuk cair dan padat, oksigen berwarna biru pucat dan merupakan paramagnetik yang kuat. Bentuk lain, Ozon (O3). Merupakan senyawa yang sangat aktif, dihasilkan dari pelepasan muatan elektris (kilat) atau penyinaran sinar Ultraviolet terhadap oksigen.
Keberadaan ozon di atmosfer (dengan jumlah yang sebanding dengan ketebalan lapisan 3 mm dengan kondisi tekanan dan suhu yang luar biasa) mencegah sinar Ultraviolet yang berbahaya dari matahari sebelum mencapai permukaan. Pencemaran udara di atmosfer dapat merusak lapisan ozon ini. Ozon bersifat racun dan tidak boleh terpapar dengan ozon melebihi kadar 0.2 mg/m# (8 jam kerja rata-rata-40 jam per minggu). Ozon yang masih pekat memiliki warna hitam kebiru-biruan dan ozon padat berwarna hitam ungu.
Senyawa Oksigen, yang sangat reaktif, adalah komponen ratusan ribu senyawa organik dan dapat bergabung dengan kebanyakan unsur.
Kegunaan Tanaman dan hewan sangat tergantung pada oksigen untuk bernafas. Rumah sakit sering menulis resep oksigen untuk pasien dengan penyakit pernafasan ringan.
Isotop, Oksigen memiliki 9 isotop. Oksigen alami adalah campuran dari 3 isotop, Oksigen berbobot aatom 18 yang terdapat di alam bersifat stabil dan tersedia untuk keperluan komersial, seperti dalam air (H2O dengan kandungan isotop 18 sebanyak 15%). Konsumsi oksigen komersial di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 20 juta ton per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat.
Penggunaan oksigen pada tungku peleburan baja merupakan penggunaan tertinggi. Jumlah yang banyak juga diperlukan pada proses pembuatan gas ammonia, metanol, etilen oksida dan pengelasan oksi-asetilen. Pemisahan udara (destilasi) menghasilkan gas dengan kemurnian 99%, sedangkan elektrolisis hanya 1%
Oksigen adalah unsur ketiga terbanyak yang ditemukan berlimpah di matahari, dan memainkan peranan dalam siklus karbon-nitrogen, yahkni proses yang diduga menjadi sumber energi di matahari dan bintang-bintang. Oksigen dalam kondisi tereksitasi memberikan warna merah terang dan kuning-hijau pada Aurora Borealis.
Oksigen merupakan unsur gas, menyusun 21% volume atmosfer dan diperoleh dengan pencairan dan penyulingan bertingkat. Atmosfer Mars mengandung oksigen sekitar 0.15%. dalam bentuk unsur dan senyawa, oksigen mencapai kandungan 49.2% berat pada lapisan kerak bumi. Sekitar dua pertiga tubuh manusia dan sembilan persepuluh air adalah oksigen. Di laboratorium, oksigen bisa dibuat dengan elektrolisis air atau dengan memanaskan KClO3 dengan MnO2 sebagai katalis.
1. Kecenderungan Oksigen
Oksigen, sulfur atau belerang, dan selenium termasuk non logam, tellurium semilogam dan polonium sebagai logam dalam golongan ini. Titik leleh dan titik didih menunjukkan kecenderungan penurunan yang khas mulai dari logam polonium. Klasifikasi ini didukung oleh data tahanan listrik yang sangat rendah bagi logam polonium (43 mW cm), melonjak tinggi bagi semilogam tellurium (106 mW cm) dan sangat tinggi bagi nonlogam selenium (1016 mW cm).
Kecuali oksigen, terdapat pole tertentu perihal tingkap oksidasi unsure-unsur golongan 16, yaitu bilangan oksidasi genap, +6, +4, +2, dan -2. Secara umum, stabilitas tingkat oksidasi -2 dan +6 menurun dengan naiknya nomor atom, tetapi kestabilan tingkat oksidasi +4 naik, walaupun kecenderungan ini tidak teratur.
Data beberapa sifat Golongan 16
Unsur | Konfigurasi elektronik | Titik leleh (oC) | Titik Didih (oC) |
8O | [2He] 2s2 2p4 | 219 | 483 |
16S | [10Ne] 3s2 3p4 | 119 | 445 |
34Se | [18Ar] 3d10 4s2 4p4 | 221 | 685 |
52Te | [36Kr] 4d10 5s2 5p4 | 452 | 987 |
84Po | [54Xe] 4f14 5d10 6s2 6p4 | 254 | 962 |
2. Anomali Oksigen
Sifat anomaly oksigen mirip dengan Nitrogen yaitu pembentukan ikatan π yang sangat kuat dengan menggunakan orbital atomic 2p, dan absennya orbital d.
Stabilitas ikatan ganda dan sifat katenasi
Seperti halnya nitrogen, ikatan rangkap dua o=o (494 kj/mol) sangat jauh lebih kuat daripada ikatan tunggal o-o (142 kj/mol), dibandingkan dengan ikatan tunggal C-C (335 142 kj/mol), ikatan tunggal O-O sangat lemah ikatannya dengan pembentukan katenasi. Bila dipertimbangkan bahwa ikatan rangkap dua terdiri atas ikatan σ dan ikatan π, maka energy ikatan rangkap dua ini menjadi lebih sangat besar untuk oksigen, tetapi makin kecil bagi belerang dan selenium. Perbedaan inilah yang menjelaskan rendahnya peran ikatan rangkap dua pada unsure-unsur selain oksigen dalam golongann ini.
Selain sifat paramagnetic molekul diOksigen, ternyata terdapa pula molekul dioksigen yang bersifat diamagnetic,, dan ini dapat diperoleh dari reaksi antara hydrogen peroksida dan natrium hipoklorit. Perubahan sifat dalam molekul dioksigen ini dari paramagnetic, sesuai dengan dua electron tak berpasangan, menjadi diamagnetic (semuanya berpasangan) hanya membutuhkan energy kira-kira 95 142 kj/mol.
Ozon berupa gas biru tua, mempunyai titik didih -112 oC dan bersifat diamagnetic, dengan struktur bengkok, V dan sudut ikatan 117oC, sesuai dengan ramalan teori VSEPR. Ozon bersifat beracun dan sangat kuat, dengan konsentrasi maksimum 0,1 ppm. Gas ozon dihasilkan pada daerah tegangan listrik tinggi, termasuk mesin-mesin fotokopi dan printer laser merupakan sumber penyebar ozon di sekitar ruangan kantor. Untuk mengurangi produksi ozon mesin-mesin tersebut harus dilengkapi dengan filter karbon yang harus diganti secara periodic.
3. Oksigen
Oksigen dikenal dalam bentuk alotrop, dioksigen, O2 , dan trioksigen atau ozon, O3. Dioksigen berupa gas tak berwarna yang mempunyai titik didih -183°C dan berwarna biru dalam fase cairnya serta bersifat paramagnetic yang dapat dijelaskan secara jitu oleh teori orbital molekular. Dioksigen merupakan gas yang sangat reaktif bereaksi hampir semua unsur kecuali gas mulia; daya larutannya dalam air tidak terlalu besar, 5 g per 100 mL pada 0°C, disbanding dengan karbon dioksida, 170 g per 100 mL.
Dalam laboratorium terdapat beberapa cara pembuatan gas dioksigen, misalnya pemanasan kalium klorat dengan katalis mangan (IV) oksida, demikkan juga dekomposisi larutan hydrogen peroksida dengan katalis tersebut sesuai persamaan reaksi:
2KClO3(s) 2KCl(s) + O2 (g)
2H2O2(aq) 2H2O (l) + O2 (g)
Selain sifat paramagnetic molekul dioksigen, ternyata terdapat pula molekul dioksigen yang bersifat diamagnetik, dan ini dapat diperoleh dari reaksi antara hidrogen peroksida
Dengan natrium hipoklorit menurut reaksi sebagai berikut:
2H2O2(aq) + ClO-(aq) O2 (g) diamagnetik + H2O (l) + Cl-(aq)
Perubahan sifat dalam molekul dioksigen ini dari paramagnetic, sesuai dengan dua elektron tak berpasangan, menjadi diamagnetik (semua berpasangan) hanya membutuhkan energy kira-kira 95 kJ mol-1.
Ozon berupa gas biru tua, mempunyai titik didih -112°C dan bersifat diamagnetik dengan struktur bengkok, V dan sudut ikatan 117°, sesuai dengan ramalan teori VESPR. Ozon bersifat racun sangat kuat, dengan konsentrasi maksimum diijinkan 0,1 ppm. Gas ozon dihasilkan pada daerah tegangan listrik tinggi, termasuk mesin-mesin fotokopi dan printer laser merupakan sumber penyebar ozon di sekitar ruang kantor. Untuk mengurangi produksi ozon, mesin-mesin tersebut harus dilengkapi dengan filter karbon yang harus diganti secara periodic. Gas dioksigen yang dialirkan melalui medan listrik 10-20 kV mampu mengubah dioksigen menjadi ozon dengan konsentrasi keseimbangan kiri-kira 10%:
3 O2 (g) 2 O3 (g) (kJ mol-1)
Ozon merupakan oksidator yang sangat kuat, lebih kuat dari pada dioksigen.
3.1 ikatan dalam senyawa oksigen kovalen
Atom oksigen biasanya membentuk dua ikatan kovalen tunggal, -O-, atau satu ikatan rangkap dua, O=. Apabila atom oksigen membentuk dua ikatan kovalen tunggal, maka sudut ikatan dapat berbeda lebih kecil daripada sudut tetrahedral regular (109° 28’); hal ini dipengaruhi oleh banyaknya elektron menyendiri sebagaimanadiramalkan oleh teori VSEPR.
Pada hibridisasi, orbital hibrida yang terbentuk merupakan campuran dari beberapa orbital yang porsinya dapat berbeda bergantung posisinya dalam ruang ataupun dapat berubah-ubah berkaitan dengan sifat elektronegativitas substituennya. Jadi misalnya untuk orbital hibrida sp3, ikatan kovalen yang terjadi dapat saja lebih berkarakter s bagi suatu subtituen tetapi dapat juga lebih berkarakter p bagi subtituen yang lain. Dalam hal ini Henry A. Bent mengusulkan aturan empirik, bahwa subtituen yang lebih elektronegatif memilih orbital hibridah yang kurang berkarakter s dan sebaliknya subtituen yang lebih elektropositif memilih orbital hibridayang lebih berkarakter s. Jadi oleh karena fluorin lebih bersifat elektronegatif, hibridisasi sp3 bagi atom pusat oksigen dalam OF2 akan kurang berkarakter s atau lebih berkarakter p, dan akibatnya sudut ikatan F-O-F mnedekat kea rah 90° yaitu besarnya sudut antara dua orbital p. Sebaliknya untuk klor, atom klor jauh lebih besar , maka tolakan antar kedua atom klorin dalam OCl2 menjadi lebih signifikan sehingga mengakibatkan membesarnya sudut ikatan relatif terhadap sudut tetrahedron regular.
Cara lain atom oksigen berikatan adalah pembentukan tiga ikatan kovalen tunggal yang ekivalen, salah satu contoh adalah io hidronium, H3O+ atau lebih tepatnya
H3O+ (3 H2O), dengan panjang ikatan O-H yang sama untuk ketiganya yaitu 1,01, tetapi dengan sudut ikatan H-O-H yang bervariasi yaitu 105 ° untuk yang satu dan 116° untuk dua yang lain dalam suatu bentuk piramida segitiga; dengan demikian, pasangan electron menyendiri dapat memepertimbangkan berada dalam orbital hibrida sp3. Dalam kasus kation [O(HgCl)3]+, ternyata ketiga ikatan kovalen O-Hg terletak pada satu bidang datar dengan sudut ikatan 120° dalam satu bangun segitiga samasisi, yang berarti atom O mengadopsi hibridisasi sp3; dengan demikian, pasangan elektron menyendiri atom O tidak lagi dalam orbital hibrida sp3, melainkan dalam orbital p murni yang dapat membentuk ikatan π dengan orbital-orbital p atom Hg.
Oksigen juga dapat membentuk ikatan kovalen koordinat, baik sebgai asam Lewis yang sangat jarang ditemui, maupun sebagai basa Lewis yang paling umum ditemui. Sebagai asam Lewis, misalnya dalam senyawa ONF3. Sebagi basa Lewis, ikatan kovalen koordinat banyak ditemui dalam banyak senyawa kompleks dengan molekul air sebagi ligan.
Kecenderungan dalam senyawa oksigen
Oksida-oksida logam elektropositif kuat bersifat ionic dan basa; misalnya barium oksida bereaksi dengan air menghasilkan basa menurut persamaan reaksi:
BaO (s) + H2O(l) Ba(OH)2(aq) BaO (s) + H2O(l) Ba+ (aq) + 2 OH-(aq)
Beberapa oksida basa basa lainnya seperti tembaga(II) oksida bersifat tidak larut dalam air, tapi larut dalam asam encer.
Oksida-oksida logam elektropositif lemah seperti aluminium, zink dan timah, bersifat amfoterik, yaitu bereaksi dengan asam maupun basa. Msalnya zink oksida bereaksi dengan asam menghasilkan ion kompleks [Zn(H2O)6]2+ yang sering ditulis dengan sederhana sebagai ion Zn2+, dan bereaksi dengan basa kuat menghasilkan garam kompleks tetrahidroksozinkat(II).
Apabila suatu logam dapat membentuk lebih dari satu macam oksida, biasanya oksida dengan logam bertingkat oksidasi tinggi bersifat asam. Contoh Cr2O3 bersifat basa dan CrO3 bersifat asam. Oksida-oksida nonlogam selalu terikat secara kovalen, untuk nonlogam bertingkat oksidasi tinggi keduanya bersifat netral, sedangkan karbon dioksida dan dinitrogen pentaoksida keduanya bereaksi dengan air membentuk asam.
3.3 Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida murni berupa cairan hampir tidak berwarna, sangat kental oleh karena kuatnya ikatan hidrogen, dan bersifat korosif. Struktur molekulnya membentuk dihedral dengan sudut 111° dan sudut ikatan H-O-O sebesar 94,5°. Hydrogen peroksida bersifat tidak stabil secara termodinamik, mudah terdisproporsoinasi menurut persamaan reaksi:
2H2O2(l) 2H2O (l) + O2(g) -1
4. Belerang
Belerang terdapat dalam kerak bumi sebagai unsurnya, mineralsulfida dan sulfat, gas H2S dalam gas alam, dan sebagai senyawa belerang organik dalam batubara dan minyak. Belerang dapat ditambang menurut proses Frasch, yaitu campuran air super panas dan uap air 160°Cdan 16 atm dipompakan ke dalam tanah daerah mineral belerang melalui pipa besar pertama dan mengakibatkan belerang mencair. Udara dengan tekanan atm dipompakan melalui pipa kedua yang lebih kecil yang terdapat dalam pipa besar pertama sehingga mengakibatkan belerang cair tertekan keluar melalui pipa ketiga untuk kemuadian dikumpulkan sebagai padatannya.
Kesamaan sifat belerang dengan oksigen antara lain yaitu:
- Keduanya membentuk senyawa ionik dengan logam aktif
- Keduanya membentuk senyawa kovalen seperti H2S dan H2O, CS2 dan CO2, SCl2 dan Cl2O.
Perbedaan belerang dengan oksigen antara lain yaitu:
- Panjang ikatan kovalen tunggal O adalah 74 pm dan S adalah 104 pm
- Elektronegativitas O adalah 3,5 dan S hanya 2,6
Alotrop belerang yang terdapat secara alamiah adalah S8, siklooktasulfur yang tertata secara zigzag. Alotrop ini mengkristal dalam bentuk jarum diatas temperatur 95°, tetapi dibawah temperatur ini diperoleh dua macam bentuk Kristal, monoklin dan rombik. Alotrop lain adalah sikloheksasulfur, bahkan alotrop siklosulfur dengan anggota 6-20 telah berhasil disintesis, namun yang paling stabil adalah siklododekasulfur,S12.
4.1 Hidrogen sulfida
Hydrogen sulfida berupa gas yang tak berwarna, berbau seperti telur busuk, dan sangat bersifat racun, melebihi dari hydrogen sianida. Hydrogen sulfida diproduksi secara alamiah oleh bakteri anaerob, misalnya yang terjadi pada pembusukan. Dalam laboratorium gas H2S dipreparasi dari reaksi antara sulfida logam dengan asam encer, seperti besi (II) sulfida dengan asam hidroklorida. Adanya gas H2S dapat diketahui dengan menggunakan kertas yang dibasahi larutan timbel (II) asetat yang akan menghasilkan warna coklat-hitam PbS menurut . Struktur molekul H2S mengadopsi bentuk V seperti halnya air.
4.2 Sulfida
Hanya sulfida-sulfida logam golongan 1,2, dan aluminium daja yang larut dalam air. Sulfida-sulfida ini terhidrolisis oleh air, dan akibatnya larutan sulfida bersifat basa sebagaimana yang ditunjukkan persamaan reaksi berikut:
S2- (aq) + H2O(l) HS‑ (aq) + OH¯ (aq)
Hidrolisis lanjut akan menghasilkan gas H2Syang berbau busuk menyengat.
Sistem natrium belerang merupakan dasar untuk baterai bekemampuan tinggi. Sufida di manfaatkan antara lain untuk bahan kosmetik, misalnya diantimoni trisulfida (Sb2S3) yang berwarna hitam legam dipakai untuk penghitam bulumata. Unit disulfida –S – S – , merupakan penghubung islang polimer-polimer asam amino dalam rambut manusia. Dalam proses ini larutan ion tiogikolat, HSCH2CO2+¯, disiramkan pada rambut sehingga terjadi pengurangan –S – S – penghubung silang menjadi gugus – SH menurut persamaan reaksi berikut:
2 HSCH2CO2¯ (aq) + –S – S –(rambut) → [SCH2CO2¯]2 (aq) + 2-S-H (rambut)
dengan menggunakan alat pengeriting atau pelurus, rantai protein rambut kemudian dapat diubah secara mekanik. Penambahan larutan hydrogen peroksida akan mengoksidasi gugus −S−H menjadi bentuk ulang −S−S− sebagai penghubung-silang yang baru kembali, menurut persamaan reaksi:
2 −S−H (rambut) + H2O2 (aq) → −S−S−(rambut) + 2 H2O (l)
4.3 Oksida belerang
Belerang dioksida dan belerang trioksida
Oksida belerang yang umumnya adalah belerang dioksida, SO2 dan SO3. SO2 memiliki titik didih -10°C. Belerang dioksida mempunyai struktur bengkok, V, dengan sudut O−S−O, 119° dan panjang ikatan S−O, 1,43Å. SO3 memiliki titik didih -44,8°C. Belerang trioksida mempunyai bentuk segitiga samasisi dengan sudut ikatan O−S−O, 120° dan panjang ikatan S−O, 1,63Å dan sangat dekat dengan panjang ikatan rangkap dua S=O (1,40Å). Kedua oksida tersebut bersifat asam Lewis dengan atom S bertindak sebagai akseptor pasangan electron, namun SO3 jauh lebih kuat dan lebih keras. Sifat asam Lewis yang kuat ini mengakibatkan SO3 mampu membentuk polimer melalui jembatan oksigen dalam fase padat pada temperature dan tekanan kamar.
Belerang dioksida mudah larut dalam air, namun seperti halnyaamonia dan karbon dioksida hampirsemua gas yang larut berada sebagai molekul SO2, hanya sebagian kecil saja yang bereaksi denan air membentuk asam sulfat. Oleh karena itu, gas belerang dioksida dalam laboratorium dapat dibuat dengan mereaksikan larutan sulfit atau hidrosulfit denagn larutan asam encer.
Berbeda dari SO2, SO3 bersifat asam kuat dan larut dalam air membentuk asam sulfat.
4.4 Asam sulfat
Asam sulfat berupa cairan kental seperti minyak yang beku pada 10,4°C. proses pencampuran asam sulfat dengan air sangat eksotermik; oleh karena itu pada pengenceran, asam sulfat pekat harus dituangkan secara perlahan ke dalam air, bukan sebaliknya, dan sambil diaduk secara terus-menerus. Asam sulfat murni mempunyai sifat hantaran listrik yan signifikan sebagai akibat sifat swaionisasi.
Biasanya asam sulfat diperkirakan hanya sebagai asam saja, namun sesungguhnya asam sulfat dapat bereaksi menurut lima cara yang berbeda, yaitu sebagai suatu asam, pengering terhadap air, pengoksidasi, agen sulfonasi, dan sebagai suatu basa.
- Asam sulfat sebagai suatu asam adalah asam sulfat encer atau asam kuat diprotik membentuk dua anion, ion hydrogen sufat, HSO4¯ dan ion sulfat, SO42¯ .
- Asam kuat sebagai pengering terhadap air adalah asam sulfat pekat yang mempunyai kemampuan melenyapkan komponen air struktur formula suatu senyawa.
- Asam sulfat sebagai pengoksidasi adalah asam sulfat pekat –panas.
- Asam sulafat sebagai agen sulfonasi adalah asam sulfat pekat yang mempunyai kemampuan menggantikan satu atom hydrogen dalam suatu senyawa organik dengan gugus asam sulfonik, −SO3H.
- Asam sulfat sebagai suatu basa adalah asam yang kuat, oleh karena itu hanya asam yang sangat lebih kuat saja seperti asam fluorosulfonat yang mampu memaksa asam sulfat bertindak sebagai basa.
Asam sulfat dapat dibuat dengan metode menurut proses kontak maupun kamar timbale selalu menggunkaan belerang dioksida yang dapat disiapkan dari pembakaran lelehan belerang dalam udara kering. Kemudian melewatkannya dalam katalisator V2O5, dalam suat pendukung inert pada temperature 400-500°C. Kemudian direaksikan dengan asam sulfat pekat, direaksikan kembali dengan air mendapatkan asam sulfat.
4.5 Garam oksi-belerang
sulfat
Garam sulfat umumnya dibuat dengan cara mereaksikan,
1. pertama antara basa dengan asamsulfat,
2. kedua antara logam elektropositif dengan asam sulfat.
3. Ketiga antara garam karbonat dengan asam sulfat.
Hydrogen sulfat
Hydrogen sulfat bersifat asam disebabkan nilai ionisasinya sangat besar. Hydrogen sulfat dapat dipreparasi dengan dengan ereaksikan secara stoikiometrik natrium hidroksida dengan asam sulfat dan kemudian menguapkan larutannya.
Sulfit
Ion sulfit merupakan agen reduktor, mengalami oksidasi menjadi ion sulfat. Natrium sulfit dapat dipreparasi dengan mengalirkan gas belerang dioksida ke dalam larutan natrium hidroksida.
Tiosulfat
Ion tiosulfat mirip dengan ion sulfat, ion tiosulfat tidak stabil oleh pemanasan, mengalami disproporsionasi menjadi tiga spesies dengan tingkat oksidasi belerang yang yang berbeda-beda yaitu sulfat, sulfida, dan belerang. Tiosulfat bereaksi dengan asam membentuk endapan kuning belerang dioksida. Natrium ti sulfat dalam laboratorium berguna untuk titrasi redoks, misalnya untuk menentukan kadar iodine dalam suatu larutan.
Peroksosulfat
Ion perokso sulfta mengandung satu jembatan okso, −O−O−, sehingga kedua atom belerang mempunyai tingat oksidasi +6 tetapi kedua atom oksigen jembatan mempunyai tingkat oksidasi -1. Asam peroksodisulfat merupakan padatan putih, dua garam yang pentingsebagai agen oksidator adalah adalah kalium dan ammonium perokso sulfat, dengan peroksodisulfat tereduksi menjadi ion sulfat.
4.6 Halida belerang
Senyawa penting belerang-halogen adalah belerang-fluorin dan belerang-klorin. Belerang heksafluorida berupa gas tak berwarna, tak berbau, tak reaktif, berdaya racun rendah serta stabil. Gas belerang heksafluoride dengan massa molar y ang sangat tinggi ternyata memiliki sifat yang unik untukidentifikasi polusi udara. Sifat kereaktifan gas ini sangat mungkin berkaitan dengan adanya pasangan electron menyendiri pada proses terbuka dari suatu bangun jungkat-jungkit terdistorsi, hasil turunan dari bangun bipiramida segitiga sebagaimana diramalkan oleh teori VSEPR.
Senyawa belerang klorin, hanya terbentuk dengan tingkat oksidasi rendah. Lelehanbelerang yang dialiri dengan gas diklorin menghasilkan gas disulfur diklorida,S2Cl2, suatu cairan kuning yang beracun dengan titik leleh -80°C dan titik didih 138°C. Disulfur klorida banyak digunakan pada proses vulkanisasi karet, menghasilkan hubungan-silang disulfur antara rantai-rantai atom karbon yang membuat karet menjadi lebih kuat. Struktur molekul senyawa ini mirip dengan hydrogen peroksida. Apabila disulfur diklorida dengan katalisator diiodin dialiri gas diklorin maka akan diperoleh belerang diklorin. Belerang diklorin berupa cairan merah dan digunakan untuk membuat berbagai senyawa yang mengandung belerang termasuk gas beracun mustard. Sebagimana diramalkan oleh teori VESPR, molekul SCl2 mengadopsi bentuk V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. http://google.co.id. Oksigen. Ditelusuri pada tanggal 28 April 2010. Makassar.
Sugiarto, Kristian. 2004. Kimia Anorganik I. Yogyakarta: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
terimakasih, sangat membantu
BalasHapus